Senin, 25 Mei 2009

We(I) Did It Our(My) Way, part I

Bismillahirohmaanirrohiiim
Ba'da Tahmid dan Sholawat.
Awalnya adalah karena kami sendiri yang telah memilih dan meyakini jalan ini. Maka seharusnya kamilah yang melakoni dan memenuhi tuntutan dan kewajibannya. Perjalanan ini memberikan keyakinan pada kami bahwa kami tidak akan bisa konsisten dan teguh berjalan jika masih mengandalkan orang lain untuk terus menerus mengarahkan dan mendorong kami bergerak dalam da'wah. Kami berusaha memiliki taharruk dzatii atau gerakan yang didorong diri sendiri, bukan orang lain.
Ini karena apapun langkah yang kami tempuh, kamilah yang akan menerima kabaikan maupun keburukannya. Kami tidak boleh terlibat dalam jalan da'wah hanya karena terpesona oleh figur atau kekaguman kami terhadap seorang da'i atau murobbi. Tapi dari mereka pula kami belajar bahwa motif dan dorongan kami berada di jalan ini harus muncul dari motivasi iman. Kami juga mengetahui bahwa menggantungkan peran pada sosok figur boleh jadi memberikan kekecewaan pada diri kami dibelakang hari. Sebab, zaman telah membuktikan tidak sedikit sosok yang pada awalnya terlihat sangat kuat berinteraksi dengan da'wah, namun menjadi lunglai dan lemah ketika ketika ia harus terputus interaksinya dengan figur-figur tertentu.
Kami adalah da'i yang telah memilih jalan da'wah ini sebagai pijakan kaki kami. Sosok figur mungkin saja mempesona kami untuk lebih giat melakukan banyak kontribusi di jalan ini. Tapi bukan itu yang dominan di hati kami. Karena kami telah memilih untuk melangkah di atas kaki kami sendiri, di atas pemahaman dan keyakinan lubuk hati kami sendiri.
Beragam pengalaman yang kami peroleh di jalan ini mengilhami bahwa keberadaan kami di sini merupakan wasilah yang bisa memudahkan kami memperbaiki diri, saat kami melakukan kemaksiatan dan dosa. Arus lingkungan dan kehidupan kami memang kerap membenturkan kami dengan pilihan dosa dan ketaatan. Benturan yang peristiwanya tidak terjadi satu atau dua kali, tapi berulang kali. Terkadang saat iman kami lemah, kami bisa turut terhempas bersama arus kemaksiatan dan dosa itu. Bagaimanapun, itulah realitas yang harus terus kami hadapi di zaman yang penuh fitnah ini.
Namun, seperti yang kami katakan sebelumnya, jalan da'wah ini mengilhami betapa besar fungsi keberadaan kami di jalan ini. Kami memandang, terlibat dalam arus da'wah ini sama dengan fase 'ilaj (terapi/pengobatan) terhadap perilaku dan sikap kami yang bernilai kemaksiatan dan dosa. Karena itu, kami mendapatkan pelajaran berharga bahwa keluhan permasalahan akibat kemaksiatan dan dosa yang kami lakukan harus direnungi dan dipikirkan secara jujur, dicari jalan penyelesaiannya, dan bukan lari dari meninggalkan amal-amal shalih yang sebelumnya sudah kami kerjakan di jalan da'wah ini.
Jalan ini menanamkan keyakinan kuat kepada kami untuk tetap komitmen dengan prinsip-prinsip hidup sesuai dengan tuntunan Illahiah, di tengah gelombang penyimpangan yang luar biasa. Jalan inilah yang mampu mengokohkan kami hingga kami tetap merasa bangga menampilkan kepribadian Islam, di antara arus sikap-sikap yang berlawanan dengan Islam. Keanehan kami adalah keanehan istimewa, bukan yang memprihatinkan. Tidak akan pernah ada keasingan bersama Alloh swt. Dan tidak pernah ada keanehan selama kebersamaan dengan orang-orang shalih yang mengejar keridhaan Alloh. "Seperti ikan yang berada di laut, yang tak terkena imbas asinnya air laut. Seperti minyak yang berada di air, meski ia sama-sama zat cair". Seperti syair yang telah diungkapkan. "Sahabatku berkata, "Aku melihat engkau sebagai orang aneh di tengah manusia." Aku menjawab, "Tidak, justru mereka yang aneh, aku berada di duniaku dan inilah jalanku!" Ibnu Taimiyah juga pernah mengungkapkan, "Sesungguhnya ia bukanlah seorang dalam keramaian yang dihiasi dengan slogan pujian dan sanjungan. Ia bukanlah orang yang tertipu dengan berkumpulnya orang disekitar dirinya sebagai pengikut dan pendukung. Akan tetapi ia adalah manusia haq yang akan berjalan ke arah haq berjalan. Ia adalah orang yang berjalan di atas jalan yang lurus yang tidak terganggu oleh sedikitnya orang yang mengikuti, dan tidak terperdaya oleh jalan yang menyimpang, dan juga tidak tertipu dengan banyaknya orang yang celaka."
Ya, haazihii sabiilii (Inilah Jalanku). Jalan yang menjadikan kami tidak mudah terkesima dan tergoda dengan rona kemaksiatan dunia. Jalan para nabi, para sholihin, para shiddiqin, para syuhada, yang ingin menjadi pendamping Rosululloh di surga. Wallohu A'lam(Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar