Rabu, 27 Mei 2009

Indahnya Persaudaraan

"Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya"

(HR. Bukhori, Muslim)

Suatu hari seorang sahabat Rosululloh Abu Tholhah dan istrinya belum sedikitpun mencicipi makanan. Rasa lapar sangat mendera perut mereka. Siang itu abu Tholhah memang tidak mendapatkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Seperti hari biasanya, sudah sangat sering hal itu terjadi. Ketika senja tiba, Rosululloh kedatangan seorang tamu. Rosululloh menanyakan kepada istrinya Aisyah, "Apakah kita mempunyai sedikit makanan untuk menjamu tamu kita"? Aisyah menjawab, "Kita tidak punya apa-apa wahai Rosululloh". Lalu Rosululloh menanyakan kepada istri-istrinya yang lain. Namun jawaban mereka seperti halnya juga jawaban Aisyah. Lalu Rosululloh bertanya kepada para sahabatnya, "Siapakah yang bersedia menjamu tamuku pada malam hari ini"? Tanpa menunggu-nunggu, ada diantara para sahabat yang mengangkat tangan mengatakan kesediaannya. Seorang sahabat mengatakan, "Saya wahai Rosululloh". Ia adalah Abu Tholhah. Lalu setelah sholat isya Abu Tholhah pulang beserta tamunya. Ketika tiba di rumahnya Abu Tholhah meminta istrinya untuk menyiapkan makan malam. Dengan sedih istrinya menjawab, "Kita tidak punya apa-apa wahai suamiku kecuali sedikit makanan untuk anak kita". Setelah Abu Tholhah berpikir sejenak ia berkata kepada istrinya, "Tidurkan anak kita, lalu siapkan makan malam untuk tamu kita, ketika akan makan, lalu padamkan lampu". Ketika tamu Abu Tholhah akan makan, maka lampu dipadamkan lalu Abu Tholhah mengecap-ngecapkan mulutnya seakan-akan ikut makan bersama tamunya. Setelah makan lalu Abu Tholhah mengantarkan tamunya untuk beristirahat. Begitu shubuh tiba mereka sholat shubuh berjamaah di masjid Nabawi, ketika melihat Abu Tholhah Rosululloh tersenyum lalu berkata, "Wahai Abu Tholhah sesungguhnya Alloh amat kagum melihat apa yang engkau perbuat tadi malam".

Ya, memang begitulah seharusnya saudaraku. Bila iman telah tertanam, orang lain yang jauh pun bisa menjadi saudara dekat. Ukhuwah, persaudaraan yang dibangun atas dasar iman, memang tak kenal batas. Apalagi ras, suku, bahkan negara. Batapa banyak orang yang tak punya hubungan darah dan kerabat, tetapi menjadi saudara lantaran iman yang menyatukan hati mereka. Rasa kebersamaan atas dasar iman menjadikan orang-orang yang bergabung di dalamnya betul-betul saling mencintai karena Alloh, rela berkorban, tanpa pamrih, saling menopang, tolong-menolong, tidak untuk yang lain. Karena ada sesuatu yang ingin mereka persembahkan kepada Alloh secara bersama-sama. Berupa amal sholih, yang diinginkan hanyalah ganjaran di akherat kelak berupa surgaNya semata.

Semoga Alloh senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayangNya, melimpahkan keberkahan kepada kita semua. Mempertautkan hati-hati kita sehingga menjadi menjadi hamba-hambaNya yang bersaudara. Setelah itu kita cuma berharap kepada Alloh agar menguatkan ikatan hati ini untuk saling bekerjasama dalam kebaikan dan ketaatan. Mengumpulkan jiwa-jiwa kita menjadi jiwa-jiwa yang lembut penuh kecintaan dan kasih sayang. Sehingga mendapatkan surga yang Alloh janjikan di akherat untuk mereka yang saling mencintai karena Alloh, tidak ada keindahan yang lebih kita inginkan dari kebersamaannya dan berkumpul di surga Alloh di akherat kelak.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar